Gambar terawangan Gus Chosim
Beberapa waktu yang lalu saya lontarkan sebuah pertanyaan ke forum sebagai berikut, "Pilih mana,menetaskan telur dengan mesin tetas tenaga bekatul (babon) atau mesin tetas tenaga listrik?"
Pertanyaan itu saya lontarkan tentu dengan sebuah hitungan matematis. Kita anggap harga sebuah mesin tetas tenaga listrik berkapasitas 50 butir telur adalah Rp 250.000,- yang bisa dipakai berkali-kali. Sedangkan harga babon yang sedang angrem kita perkirakan antara Rp 70.000,- hingga Rp 100.00,- per ekor. Konon mesin tetas tenaga listrik mampu menetaskan telur dengan tingkat keberhasilan hingga mencapai 90%. Tentu dengan catatan telurnya vertil dan peternaknya berpengalaman. Jika belum berpengalaman, bisa jadi 0% tingkat keberhasilannya. Sedangkan jika menggunakan babon, daya tetas bisa mencapai 90% lebih dan babon bisa dijual kembali setelah selesai masa pengeraman. Berbeda dengan mesin tetas yang sulit laku untuk dijual kembali. Jikalau pun laku, harganya paling banter separoh dari harga beli. Perlu diketahui bahwa seekor babon bisa mengerami bahkan hingga 3 periode sekaligus. Jika dirata-rata sekali eram mampu hingga 12 butir telur, maka 36 butir telur mampu dieraminya dalam waktu 2 bulan. Kita bandingkan harga mesin tetas dan babon; 1 mesin tetas bisa untuk membeli 3 babon yang sedang mengeram. Artinya, dengan biaya yang sama akan lebih mudah mengeramkan dengan babon dan tingkat eberhasilan pun lebih tinggi.
Muncul beberapa jawaban dari pertanyaan itu.Mas Ali Gong menjawab bahwa jika menetaskan dalam skala besar, maka mesn tetas adalah pilihan yang tepat. Begitu juga menurut Pak Thoyib GV, bahwa mesin tetas bisa irit tempat dan lebih bersih. Kedua jawaban itu tentu sangat tepat dan sangat beralasan. Tetapi bagi mereka yang memiliki lahan luas dan tak mau repot, maka babon menjadi alternatif pilihan. Sebab belum tentu dalam 4 kali percobaan menggunakan mesin seorang peternak akan berhasil. Seperti Mas Gus Chosim pemilik Padhepokan Bekisar Farm yang berlokasi di jalan aspal bodol, kepil wonosobo misalnya. Beliau tetap memilih babon sebagai mesin penetas telur. Alasannya?
Beginilah alasan Gus Chosim, "telor dieram babon umur 3hari sdh nampak jelas embrionya,dg catatan: babon sdh ngeram diatas 5 hari. Dalam waktu 5 hari tersebut kondisi tubuh babon sudah hangat dan jarang turun dari petarangan, kalo babon sdh 2x periode ngeram (diatas 21hari) telor bisa netas dihari ke 19, ngandel pora?" (Lihat gambar di atas)
Sedangkan gambar di bawah adalah gambar yang lebih jelas dari telur yang dierami selama 3 hari oleh babon yang sudah ngeram 2x periode. Sudah ada gambar laba-laba pada telor saat diteropong, dan hasilnya hampir sama dengan eraman 5 hari pada babon yg baru ngeram/pertama eram
Berbeda dengan Gus Chosim, Mas Den Bagoes (peternak dari Bogor) lebih memilih menetaskan telurnya pakai mesin tetas listrik. Karena sudah berpengalaman, maka tak banyak lagi kendala yang dihadapinya. Berikut gambar telur yang diteropong setelah dierami mesin selama 77 jam (3 hari dengan suhu antara 39,5 - 39 derajat celcius.
Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar