Minggu, 05 Oktober 2014

KAOS APAHI

PAMER KAOS YUKS!!!

Atas kesepakatan pengurus APAHI PUSAT, telah dilaunching Kaos APAHI yang wuah... menarik hati. Tak perlu banyak saya bercerita, yuk langsung saja kita narsis dengan kaos kebanggan kita. suit suit...

Kaos yang paling pertama jadi, masih bau mesin sudah dipakai. Siapa dia si pemakai kaos? Tampak ganteng sekali ya, kaosnya. Bukan pemakainya. :D

Jumat, 03 Januari 2014

BEKISAR CERIPING PISANG

Bagi anggota APAHI, kata bekisar jelas bukan barang mewah lagi. Ini jelas, sebab akan berbeda jika diaplikasikan pada masyarakat umum. Bisa jadi, bahkan sekedar melihat kilat bulu bekisar pun masih ada ratusan juta jiwa penduduk Indonesia belum sempat merasakannya. Beda bekisar, beda pula ceriping pisang. Tentang ceriping pisang, sejauh sudah mampu berpikir, tanpa riset sesederhana apa pun akan bisa dipastikan bahwa hampir seluruh masyarakat Indonesia sudah mengenalnya. Nah, lalu apa hubungan antara bekisar dengan ceriping pisang? Tentu saja ada, jika dihubung-hubungkan. hehe..

Mencetak dan memperjualbelikan Bekisar adalah sebuah peluang wira usaha yang menjanjikan. Tak jauh beda dengan membuat dan memperdagangkan Ceriping Pisang. Jadi bekisar dan ceriping pisang sama-sama bernilai ekonomi yang menjanjikan, sejauh kita mau dan mampu mengedukasinya. Pertanyaan selanjutnya, lebih sulit mana mencetak bekisar dengan membuat ceriping pisang? Tentu akan ada jawaban beragam; sama mudahnya, sama sulitnya, sulit mencetak bekisar, atau juga sulit membuat ceriping pisang. Semua bergantung pada si penjawab, calon pelaku wirausaha.

Ada sebuah kekhawatiran besar jika ilmu perbekisaran diobral umum, terlebih secara gratis. Kekhawatiran yang masuk akal, jika perhitungannya adalah bahwa stok bekisar akan segera melimpah ruah. Dengan begitu tak akan ada lagi pemain atau para penghoby yang akan membeli bibit bekisar dari peternak. Menyebalkan bukan?

Terus apa hubungannya dengan ceriping pisang? Yups. telah puluhan bahkan ratusan kali work shop pembuatan ceriping pisang digelar di berbagai tempat, mulai dari tingkat Rt, Rw, dusun, desa/kelurahan, keamatan dan seterusnya namun tak juga banyak bermunculan pabrik ceriping pisang. Padahal modal usaha dan peralatan seringkali telah diberikan secara gratis. Lalu di mana letak permasalahannya? Ya, permasalahan utamanya adalah pada mental atau jiwa wira usaha.

Tetapi saya sangat ngantuk, maka tulisan ini saya lanjut besok. hehe..

Kamis, 18 Juli 2013

PERAWATAN DOC - ANAKAN AHH/BEKISAR

PERAWATAN DOC - ANAKAN AHH/BEKISAR

Oleh Thoyib Gallus Varius

Sering dan kerap kali kita dihujani pertanyaan-pertanyaan seputar perawatan DOC khusunya DOC AHH dan atau Bekisar, perawatan pada DOC bisa disesuaikan dengan kondisi daerahnya masing-masing, juga bisa dikondisikan dengan kantong si empunya. Lain daerah biasanya lain cara perawatan, lain orang biasanya juga lain penangannya. Kandang bisa disesuaikan dengan kantong masing-masing, baik kandang yang gratisan maupun kandang yang seharga ratusan ribu.

Mesin Tetas Telur

Gambar terawangan Gus Chosim

Beberapa waktu yang lalu saya lontarkan sebuah pertanyaan ke forum sebagai berikut, "Pilih mana,menetaskan telur dengan mesin tetas tenaga bekatul (babon) atau mesin tetas tenaga listrik?"

Pertanyaan itu saya lontarkan tentu dengan sebuah hitungan matematis. Kita anggap harga sebuah mesin tetas tenaga listrik berkapasitas 50 butir telur adalah Rp 250.000,- yang bisa dipakai berkali-kali. Sedangkan harga babon yang sedang angrem kita perkirakan antara Rp 70.000,- hingga Rp 100.00,- per ekor. Konon mesin tetas tenaga listrik mampu menetaskan telur dengan tingkat keberhasilan hingga mencapai 90%. Tentu dengan catatan telurnya vertil dan peternaknya berpengalaman. Jika belum berpengalaman, bisa jadi 0% tingkat keberhasilannya. Sedangkan jika menggunakan babon, daya tetas bisa mencapai 90% lebih dan babon bisa dijual kembali setelah selesai masa pengeraman. Berbeda dengan mesin tetas yang sulit laku untuk dijual kembali. Jikalau pun laku, harganya paling banter separoh dari harga beli. Perlu diketahui bahwa seekor babon bisa mengerami bahkan hingga 3 periode sekaligus. Jika dirata-rata sekali eram mampu hingga 12 butir telur, maka 36 butir telur mampu dieraminya dalam waktu 2 bulan. Kita bandingkan harga mesin tetas dan babon; 1 mesin tetas bisa untuk membeli 3 babon yang sedang mengeram. Artinya, dengan biaya yang sama akan lebih mudah mengeramkan dengan babon dan tingkat eberhasilan pun lebih tinggi.

Selasa, 16 Juli 2013

TUJUAN MEMELIHARA AYAM HUTAN

Tulisan ini akan saya awali dengan sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh Mas Ali Gong di Grup fb APAHI;

Berapa banyak org yg ingin memelihara Ayam Hutan Hijau? Apa motif dari keinginan tersebut? Sekali lagi mari kita renungkan! :)
Menjawab pertanyaan itu, ada 3 kemungkinan jawaban yang bisa kita berikan. Pertama, Ayam Hutan Hijau sebagai Ayam Hias. Keindahan tampilan fisik, terutama pada warna bulu yang berkilat dan nampak seperti sisik naga, jengger yang bulat tak bergerigi dan pialnya/gelambir yang hanya 1 buah dengan warnanya yang khas karena mirip warna pelangi serta suara kokoknya yang khas, maka tak salah jika AHH (Ayam Hutan Hijau) dijadikan sebagai salah satu pilihan utama sebagai ayam hias. Ayam Hutan Hijau ini akan menjadi daya tarik tersendiri saat nangkring di halaman rumah kita. Mengapa? Karena banyak masyarakat umum yang belum begitu mengenal salah satu endemik negara kita ini.

Sabtu, 06 Juli 2013

PENYAKIT KUTIL PADA AYAM HUTAN

Ada banyak ragam penyakit pada unggas yang telah kita ketahui. dari berbagai penyakit itu ada yang disebabkan karena virus atau pun bakteri. Sebagai pemelihara/peternak unggas mestinya kita harus memahami segala jenis penyakit, tanda-tanda, pencegahan serta pengobatannya.
 

Minggu, 23 Juni 2013

TENTANG PEMAKAIAN NAMA "PELESTARIAN"

TENTANG PEMAKAIAN NAMA "PELESTARIAN"

Tentang nama PAHI (Pelestarian Ayam Hutan Indonesia), seakan tak ada habisnya unuk diperbincangkan. Membincang tentang nama yang memakai kata "Pelestarian" tentu tak bisa lepas dari pro dan kontra antar anggota group. Ada yang setuju, ada pula yang kurang setuju. Namun nampaknya, porsinya lebih banyak yang cuek bebek saja. Peduli amat dengan nama, amat saja nggak peduli. Begitu mungkin yang dipikirnya. :)

Ada beberapa komentar yang menarik untuk sedikit saya berikan catatan di group ini. Namun demikian, tentu tak sepantasnya semua saya tanggapi dengan satu buah catatan saja. karenanya hanya 1 atau 2 komentar yang akan saya angkat. Saya rasa itu sudah cukup mewakili yang lainnya. Pertama, komentar tentang banyaknya berita AHH yang mati saat dipiara serta banyaknya transaksi jual beli yang terjadi di PAHI. Apakah itu cerminan pelestarian? Lalu yang kedua, tentang pemilihan kata "Pelestarian" dalam nama group. Mengapa tak memakai kata "Penggemar", "Penghoby", "Pencinta" atau yang lainnya karena senyatanya di group lebih banyak terjadi jual-beli, dan seakan-akan belum menyentuh ke arah melestarikan?