Minggu, 23 Juni 2013

TENTANG PEMAKAIAN NAMA "PELESTARIAN"

TENTANG PEMAKAIAN NAMA "PELESTARIAN"

Tentang nama PAHI (Pelestarian Ayam Hutan Indonesia), seakan tak ada habisnya unuk diperbincangkan. Membincang tentang nama yang memakai kata "Pelestarian" tentu tak bisa lepas dari pro dan kontra antar anggota group. Ada yang setuju, ada pula yang kurang setuju. Namun nampaknya, porsinya lebih banyak yang cuek bebek saja. Peduli amat dengan nama, amat saja nggak peduli. Begitu mungkin yang dipikirnya. :)

Ada beberapa komentar yang menarik untuk sedikit saya berikan catatan di group ini. Namun demikian, tentu tak sepantasnya semua saya tanggapi dengan satu buah catatan saja. karenanya hanya 1 atau 2 komentar yang akan saya angkat. Saya rasa itu sudah cukup mewakili yang lainnya. Pertama, komentar tentang banyaknya berita AHH yang mati saat dipiara serta banyaknya transaksi jual beli yang terjadi di PAHI. Apakah itu cerminan pelestarian? Lalu yang kedua, tentang pemilihan kata "Pelestarian" dalam nama group. Mengapa tak memakai kata "Penggemar", "Penghoby", "Pencinta" atau yang lainnya karena senyatanya di group lebih banyak terjadi jual-beli, dan seakan-akan belum menyentuh ke arah melestarikan?


Baik, sebelum jauh membahas tentang itu semua, saya ingn tanya dulu kepada komandan saya, pernahkah beliau protes karena telah diberi nama "thoyib?" Saya yakin tidak, karena memang itu nama yang terbaik buat beliau. Saya yakin beliau tak pernah protes karena tidak di beri nama "Gagah" atau "Ganteng" misalnya, biar menjadi gagah dan ganteng, sehingga tak seperti sekarang ini; jelek dan tidak gagah. He.he.. Peace Pak. Damai..

Jadi tentang nama, tentu si pemberi sudah memiliki dasar pemikran sebelum menjatuhkan pilihan nama. Thoyib itu bermanfaat, baik lagi menyehatkan. Mungkin begitu tujuan akhirnya.

Jadi, nama bisa menjadi sugesti dan edukasi. Dipilihnya kata "Pelestarian" karena memang itu yang menjadi tujuan akhir kita. Melestarikan keberadaan Aya Hutan, utamanya Ayam Hutan Hijau agar tak punah dari bumi Indonesia. Lalu mengapa yang terjadi sekarang ini adalah justru marak terjadi jual-beli AHH? Itu mungkin yang juga jadi pertanyaan beberapa rekan. Memang, di PAHI seringkali terjadi transaksi jual-beli AHH. Saya kira itu tidak masalah. Toh yang diperjualbelikan adalah AHH hasil tetasan dan bukan hasil tangkapan dewasa. Dahulu pernah diwacanakan agar di group kita tercinta ini agar tak terjadi jual-beli AHH hasil tangkapan dewasa (Lihat file wacana pelestarian). Kita selalu dan selalu mengingatkan akan hal itu. Inilah edukasi. Pembelajaran bagi kita semua, bahwa jika AHH dewasa/produktif di hutan kita tangkap dan kita tembak, maka tak menutup kemungkinan AHH di hutan semakin lama semakin habis.

Lalu selanjutnya, di Kopdar reg. Semarang juga diwacanakan agar masing-masing anggota memiliki minimal 1 pasang AHH jinak yang dipiara dari kecil, lalu kita saling berlomba untuk menangkarkan. Setiap 1 bulan (misalna) kita bertemu dan saling tukar pengalaman, tukar informasi tentang perkembangan AHH piaraannya. Di sana kita bisa berbagi tips, terlebih jika sudah ada yang berhasil menangkarkan agar berbagi ilmu kepada sesama teman. Jika hal tersebut bisa terlaksana dengan baik, maka Plestarian bukan sekedr wacana.

mari menyugesti diri kita masing-masing, bahwa pelestarian adalah sebuah keniscayaan. Berawal dari hoby, cinta dan gemar tidak masalah saya kira. Namun jangan sampai lupa target terakhirnya; PELESTARIAN. Dan nama itu yang akan mengiang di telinga kita, menyemangati kita. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Nuwun..
Cekikrek..

1 komentar: